, ,

Ironi Di Balik Kemilau Pabrik Banten Penyumbang Pengangguran Tertinggi Keempat Nasional

oleh -180 Dilihat

Paradoks Banten: Raksasa Industri yang Masih Berkubang dalam Tingginya Angka Pengangguran

Tangerang- Sebuah ironi Di Balik yang dalam menyelimuti Provinsi Banten. Di tanah yang dijuluki “Tanah Jawara” ini, berdiri kokoh sekitar 20 kawasan industri yang menjadi rumah bagi ribuan pabrik. Namun, kemilau menara-menara pabrik itu ternyata belum mampu sepenuhnya menerangi masa depan ratusan ribu warganya. Data teranyar Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2025 justru menempatkan Banten di posisi keempat tertinggi untuk tingkat pengangguran terbuka di Indonesia, dengan jumlah mencapai 412.710 orang.

Ironi Di Balik Kemilau Pabrik Banten Penyumbang Pengangguran Tertinggi Keempat Nasional
Ironi Di Balik Kemilau Pabrik Banten Penyumbang Pengangguran Tertinggi Keempat Nasional

Baca Juga : Jasad Pria Yang Tercebur Di Kali Angke Berhasil Ditemukan

Fakta ini bagai tamparan keras, menciptakan sebuah paradoks pembangunan yang tak bisa lagi dipandang sebelah mata. Bagaimana mungkin sebuah provinsi dengan denyut industri yang begitu kencang justru gagal menyerap tenaga kerja dari tanahnya sendiri?

Gubernur Banten, Andra Soni, dengan terbuka mengakui kegelisahannya atas kondisi ini. “Ini adalah paradoks yang selalu saya suarakan. Kami memiliki industri yang besar, kawasan industri hampir 20, perusahaan berjumlah ribuan, tetapi justru tingkat pengangguran kami masih menjadi salah satu yang tertinggi di Indonesia,” ujarnya, seperti dikutip dari Kompas, Rabu, 22 Oktober 2025. Pernyataan ini bukan sekadar keluhan, melainkan pengakuan akan adanya masalah struktural yang mendesak untuk dipecahkan.

Lantas, di mana letak persoalan sebenarnya?

Menurut sang Gubernur, akar masalahnya bersumber pada kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM). Gelombang industrialisasi yang menerpa Banten tidak diimbangi dengan peningkatan kompetensi dan keterampilan masyarakat lokal yang memadai. “Standar perusahaan saat ini tidak bisa lagi menggunakan pendekatan selain pendekatan profesionalisme, disiplin, dan mentalitas kerja yang kuat,” tegas Andra. Ini mengisyaratkan adanya kesenjangan yang lebar antara apa yang dibutuhkan oleh dunia industri dan apa yang ditawarkan oleh para pencari kerja.

Merespons tantangan ini, Pemerintah Provinsi Banten tidak tinggal diam. Sebuah terobosan dilakukan melalui kolaborasi strategis dengan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Banten, yang dinamai Program Apindo Daya Movement. Program ini bukan sekadar pelatihan biasa, melainkan sebuah gerakan pemberdayaan yang bertujuan untuk menyelaraskan kompetensi pencari kerja dengan kebutuhan riil pasar tenaga kerja, dengan dukungan langsung dari para pelaku industri.

“Intinya adalah bagaimana kami memberdayakan masyarakat Banten agar mampu bersaing di dunia kerja dan menjamin bahwa upaya ini tidak sia-sia karena ‘penggunanya’, yaitu para industri, langsung terlibat,” jelas Andra, menekankan pendekatan yang berbasis pada permintaan (demand-driven).

Investasi: Solusi Jangka Panjang dan Penciptaan Lapangan Kerja

Selain fokus pada peningkatan kualitas SDM, Pemprov Banten juga berkomitmen untuk terus membuka keran investasi seluas-luasnya. Andra Soni percaya bahwa investasi adalah penggerak utama pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Ia mengutip perhitungan Kementerian Investasi yang menyatakan bahwa setiap penanaman modal senilai Rp 1 triliun dapat membuka lapangan kerja bagi sekitar 1.400 tenaga kerja.

Untuk memastikan bahwa manfaat investasi ini benar-benar dirasakan oleh masyarakat lokal, pemerintah tidak hanya menjemput investor, tetapi juga mempersiapkan calon tenaga kerjanya. Melalui kemitraan dengan pelaku usaha, berbagai pelatihan keterampilan diberikan kepada penduduk usia produktif. Harapannya, ketika perusahaan-perusahaan baru itu beroperasi, sudah ada pasokan tenaga kerja terlatih yang siap diserap dari dalam provinsi.

Ironi Di Balik Potensi dan Optimisme: Banten di Persimpangan Masa Depan

Di tengah tantangan, potensi Banten untuk bangkit sesungguhnya sangat besar. Ameriza M. Moesa, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten, memaparkan keunggulan strategis yang dimiliki Banten. “Lokasinya yang berdekatan dengan dua pusat ekonomi terbesar, Jakarta dan Bandung, merupakan aset yang tak ternilai,” ujarnya.

Ditambahkannya, infrastruktur pendukung di Banten sudah terbilang lengkap dan terus berkembang. “Kita menyaksikan pembangunan Mass Rapid Transit (MRT), Light Rail Transit (LRT) Jakarta, jaringan jalan tol, pelabuhan, serta penyediaan listrik dan fasilitas penunjang lainnya. Semua ini menciptakan ekosistem yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi.”

Optimisme itu bukan tanpa dasar. Ameriza menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi Banten saat ini bahkan yang tertinggi di Pulau Jawa, yakni mencapai 5,33 persen, melampaui rata-rata pertumbuhan nasional. “Angka ini menunjukkan momentum yang kuat. Masih ada ruang yang sangat lebar untuk terus melompat lebih tinggi,” pungkasnya.

Dengan demikian, Banten saat ini berada pada persimpangan yang menentukan. Di satu sisi, provinsi ini menghadapi paradoks pengangguran yang memprihatinkan. Di sisi lain, ia dianugerahi segala modal dasar—industri, infrastruktur, lokasi strategis, dan pertumbuhan ekonomi yang menjanjikan—untuk menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di Indonesia. Langkah strategis dalam membenahi kualitas SDM dan menarik investasi yang tepat sasaran akan menjadi kunci untuk mengubah paradoks ini menjadi sebuah kesuksesan story yang nyata. Perjalanan menuju “Jawara” yang sebenarnya di bidang ketenagakerjaan masih panjang, tetapi bukan tidak mungkin untuk diraih.

Skintific

No More Posts Available.

No more pages to load.